PT Pertamina (Persero) telah mencatatkan langkah signifikan dalam pengembangan energi berkelanjutan melalui inovasi Sustainable Aviation Fuel (SAF) yang menggunakan minyak jelantah sebagai bahan baku. Inisiatif ini tidak hanya memperkuat ketahanan energi nasional, tetapi juga berkontribusi pada upaya transisi energi menuju Net Zero Emission (NZE) yang ditargetkan pada tahun 2060.
Pada acara Lifting Perdana SAF yang berlangsung di Kilang Pertamina Cilacap, Komisaris Utama Pertamina, Mochamad Iriawan, menyampaikan bahwa keberhasilan dalam mengolah minyak jelantah menjadi SAF menunjukkan potensi besar bangsa dalam menciptakan inovasi energi ramah lingkungan. Ini adalah terobosan yang dapat menjadikan Pertamina sebagai pelopor dalam industri energi hijau di kawasan Asia Tenggara.
“Karya ini adalah hasil luar biasa yang membuktikan kemampuan kita dalam melakukan inovasi besar,” kata Iriawan. Dengan kata lain, Pertamina telah menetapkan standar baru untuk nol emisi melalui penggunaan sumber daya yang ada secara berkelanjutan.
Miling Teknologi Energi Hijau yang Mudah Diakses oleh Masyarakat
Proses produksi SAF dari minyak jelantah ini merupakan kabar baik bagi lingkungan dan masyarakat. Penelitian dan pengembangan dilakukan bersama Institut Teknologi Bandung, memastikan bahwa proses ini tidak hanya efisien, tetapi juga aman. Katalis Merah Putih yang digunakan menjadi simbol kebangkitan inovasi lokal dan kolaborasi akademis.
Minyak jelantah, yang sering dibuang dan dianggap limbah, kini dapat diolah menjadi bahan bakar ramah lingkungan, menggantikan bahan bakar fosil yang berbahaya bagi lingkungan. Dengan sertifikasi produk yang sesuai standar internasional seperti ASTM D1655, Pertamina juga menunjukkan kualitas dan komitmen terhadap standar global.
Langkah ini dapat menjadi contoh bagi negara-negara lain yang ingin mengembangkan energi hijau dari limbah. Praktik yang berkelanjutan ini diharapkan tidak hanya bermanfaat untuk Pertamina, tetapi juga bagi seluruh ekosistem energi di Indonesia.
Pentingnya Keberlanjutan dalam Setiap Proses Produksi
Pertamina tidak hanya fokus pada produksi SAF, tetapi juga berupaya membangun ekosistem berkelanjutan yang mendukung seluruh rantai pasok. Eka Purnama, Wakil Direktur Utama Pertamina, menyatakan bahwa upaya ini menjadi langkah penting dalam mendekatkan Indonesia pada target dekarbonisasi global. Ini juga menegaskan komitmen perusahaan dalam mencapai NZE 2060.
Adapun komitmen yang diungkapkan oleh manajemen Pertamina menunjukkan adanya kesadaran akan pentingnya keberlanjutan dalam setiap langkah usaha. Ada kesepakatan kuat di seluruh line manajemen mengenai pentingnya inovasi strategis dalam menghasilkan produk yang ramah lingkungan dan profitable.
Sebagai bagian dari peringatan HUT ke-80 RI, Pertamina juga berencana untuk mengelola sekitar 32 kiloliter SAF pada salah satu penerbangan Pelita Air. Ini mencerminkan dedikasi Pertamina terhadap pencapaian yang berkelanjutan dalam industri penerbangan di Indonesia.
Strategi Pertamina dalam Menghadapi Tantangan Energi Masa Depan
Pembangunan energi hijau merupakan bagian dari strategi pertumbuhan ganda yang lebih luas di Pertamina. Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, menekankan bahwa pengembangan ini tidak hanya penting untuk ketahanan energi, tetapi juga untuk pertumbuhan industri dalam negeri. Ini menjadi salah satu fokus utama Pertamina dalam meningkatkan kapasitas dan kekuatan ekonomi nasional.
Dengan posisi strategisnya dalam sektor energi, Pertamina berupaya meningkatkan aksesibilitas sumber energi berkelanjutan bagi masyarakat luas. Langkah ini bertujuan memberikan alternatif energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan bagi masyarakat.
Melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, Pertamina berkomitmen untuk terus mengembangkan teknologi yang mendukung efisiensi energi dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Hal ini menjadi modal penting untuk menjawab berbagai tantangan energi di masa depan.