Pertumbuhan laba emiten di sektor agribisnis sering menjadi sorotan investor. Salah satu yang mencuri perhatian adalah PT Jhonlin Agro Raya Tbk (JARR), yang mengalami lonjakan laba bersih yang signifikan pada semester pertama 2025.
Berdasarkan laporan keuangan terbaru, JARR mencatat laba bersih sebesar Rp160,39 miliar, yang meningkat sekitar 82,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan ini dipandang sebagai hasil dari strategi pemasaran yang efektif dan pengelolaan sumber daya yang efisien.
Perusahaan ini dikenal bergerak dalam bidang perkebunan dan pengolahan minyak kelapa sawit terpadu. Seiring dengan meningkatnya permintaan pasar, JARR mampu menunjukkan performa keuangan yang menarik bagi para investor dan pemangku kepentingan.
Analisis Kinerja Keuangan PT Jhonlin Agro Raya Tbk
Peningkatan laba bersih yang luar biasa ini tidak lepas dari faktor penjualan yang tumbuh pesat. Total penjualan JARR tercatat mencapai Rp2,04 triliun, naik 18,6 persen dari Rp1,72 triliun pada semester pertama 2024. Hal ini menjadi indikasi bahwa permintaan produk yang stabil memberikan dampak positif bagi paveang.
Produk utama yang mendominasi penjualan adalah fatty acid methyl ester (FAME), yang menjadi bahan baku biodiesel. Nilai dari FAME mencapai Rp1,72 triliun, atau sekitar 85 persen dari total penjualan perusahaan. Meningkatnya kebutuhan akan energi terbarukan mendukung pertumbuhan sektor ini.
Pabrik biodiesel yang dioperasikan JARR memiliki kapasitas mencapai 1.500 ton per hari. Dukungan dari program mandatori campuran biodiesel nasional juga berkontribusi terhadap perkembangan positif bisnis perusahaan di sepanjang semester ini.
Segmen Bisnis Lain yang Berkembang Pesat
Tak hanya FAME, segmen usaha lain juga mencatat pertumbuhan yang signifikan. Penjualan minyak goreng, misalnya, mengalami peningkatan drastis sebesar 129,73 persen, mencapai Rp47,23 miliar. Hasil ini menunjukkan diversifikasi produk yang berhasil dilakukan oleh JARR.
Sementara itu, palm fatty acid distillate (PFAD) tumbuh 81,06 persen menjadi Rp105,18 miliar, dan glycerine juga mencatat kenaikan 64,26 persen, mencapai Rp111,44 miliar. Kinerja ini mencerminkan ketahanan dan adaptasi perusahaan dalam menghadapi tantangan pasar.
Pada semester ini, banyak penjualan yang dilakukan melalui pihak ketiga, terutama kepada PT Pertamina Patra Niaga. Penjualan kepada anak usaha Pertamina melonjak 47,83 persen menjadi Rp1,11 triliun, menandakan kepercayaan yang diberikan pasar terhadap produk JARR.
Tantangan dan Strategi Perusahaan ke Depan
Di sisi lain, JARR juga menghadapi beberapa tantangan. Penjualan kepada Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit dan PT AKR Corporindo mengalami penurunan yang signifikan, masing-masing turun 45,62 persen dan 37,13 persen. Meski demikian, JARR berhasil mempertahankan kinerja yang positif secara keseluruhan.
Beban pokok penjualan tercatat sebesar Rp1,74 triliun, yang naik 12,74 persen dari Rp1,54 triliun sebelumnya. Namun, perusahaan tetap mencatat laba kotor sebesar Rp300,1 miliar yang menunjukkan efisiensi dalam pengelolaan biaya.
Laba usaha pun meningkat menjadi Rp263,1 miliar, dibandingkan dengan Rp145,1 miliar pada semester I 2024. Angka-angka ini menunjukkan prospek yang cerah bagi perkembangan perusahaan ke depan.
Kondisi Aset dan Liabilitas JARR di Semester Pertama 2025
Per 30 Juni 2025, total aset JARR tercatat sebesar Rp4,04 triliun, sedikit menurun dari Rp4,11 triliun pada akhir 2024. Perubahan ini mencerminkan dinamika dalam pengelolaan aset yang terjadi di tengah persaingan yang ketat di industri.
Liabilitas perusahaan juga menunjukkan tren penurunan, yaitu menjadi Rp2,23 triliun dibandingkan Rp2,40 triliun sebelumnya. Di sisi lain, ekuitas meningkat menjadi Rp1,81 triliun, dari Rp1,70 triliun pada akhir tahun lalu, membuktikan penguatan neraca perusahaan.
Pada awal Agustus 2022, JARR resmi melantai di Bursa Efek Indonesia dan mencatatkan jumlah saham sebanyak 8 miliar lembar dengan kapitalisasi pasar mencapai sekitar Rp2,4 triliun. Hal ini menunjukkan kepercayaan investornya yang kian tumbuh.