Perjalanan dr. Prita Kusumaningsih, Sp.OG, menuju Gaza adalah sebuah kisah yang menginspirasi banyak orang. Sebagai anggota tim medis dari Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI), dia harus melewati berbagai rintangan untuk menjalankan misi kemanusiaan yang krusial di tengah konflik yang berkepanjangan.
Meski bukan perjalanan pertamanya ke Gaza, tantangan yang dihadapi kali ini sangat berbeda. Keberangkatannya dipenuhi dengan ketidakpastian dan berbagai hambatan yang harus dihadapi untuk mendapatkan izin memasuki wilayah yang dilanda perang.
“BSMI telah mengunjungi Gaza beberapa kali sejak tahun 2008, tetapi situasi saat ini jauh lebih sulit,” katanya saat berbincang di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Al-Fauzan. Perkembangan di lapangan sangat dinamis dan seringkali diluar dugaan, membuat misi ini menjadi lebih menantang.
Awal mula keterlibatan BSMI dalam misi kemanusiaan ini berakar dari upaya mereka untuk berkolaborasi dengan WHO. Namun, setelah pertemuan awal di Jordan, WHO menolak permohonan mereka dengan alasan keamanan dan situasi yang tidak mendukung. Hal itu membuat tim BSMI mencari alternatif lain untuk melanjutkan misinya.
Mencari Solusi: Usaha Tim BSMI untuk Masuk Gaza
BSMI akhirnya diperkenalkan kepada Rahma Worldwide, sebuah organisasi yang memiliki jaringan di wilayah tersebut. Upaya untuk meyakinkan organisasi ini agar BSMI dapat ikut serta dalam misi kemanusiaan ternyata membutuhkan kesabaran dan strategi. Tim BSMI harus membuktikan bahwa mereka memiliki komitmen yang kuat untuk membantu masyarakat Gaza.
Setelah berbulan-bulan berjuang, akhirnya BSMI berhasil mendapatkan persetujuan. Mereka berangkat dari Al-Aris, Mesir, yang berjarak sekitar 40 kilometer dari Gaza, setelah melalui serangkaian persetujuan dan koordinasi yang rumit.
Perjalanan dari Kairo ke Al-Aris memakan waktu lebih dari enam jam, didampingi Duta Besar Palestina. Dalam perjalanan itu, berbagai pos pemeriksaan menjadi tantangan tersendiri. Rasanya seperti menghadapi ketegangan yang tak berkesudahan, di mana setiap henti menuntut doa agar perjalanan tetap lancar.
Dukungan dan Rintangan yang Dihadapi di Lapangan
Selama perjalanan, keberadaan Duta Besar Palestina membawa dampak positif. Meski pelaksanaan pemeriksaan tetap ketat, mereka tidak mengalami masalah berarti, yang menjadi berkah tersendiri di tengah situasi yang sensitif ini.
Setibanya di Gaza, perasaan dr. Prita campur aduk. Dia merasakan kebahagiaan karena bisa memulai misi kemanusiaan, namun di sisi lain, sangat menyedihkan melihat betapa parahnya kondisi wilayah tersebut dibandingkan saat kunjungannya sebelumnya pada tahun 2008.
“Begitu saya melangkah masuk, saya langsung terkejut. Kerusakan yang terlihat merupakan dampak konflik yang terus berlanjut, dan saya merasa kebingungan dan keputusasaan melanda,” ungkapnya. Suasana hati yang bertolak belakang ini seolah menggambarkan realitas pahit yang harus dihadapi oleh warga Gaza.
Kehidupan Sehari-hari Masyarakat Gaza di Tengah Konflik
Meski dalam kondisi serba sulit, kehidupan masyarakat Gaza tetap berjalan. Dr. Prita mengamati anak-anak bermain dan beraktivitas seperti biasa. Ada yang bermain bola, para ibu menggendong anak, serta para ayah yang berusaha mencari nafkah di tengah keterbatasan.
Situasi ini menyoroti ketahanan luar biasa yang dimiliki oleh rakyat Palestina. Mereka tetap berjuang meskipun di tengah reruntuhan dan kesedihan. Hal ini memberi dr. Prita motivasi lebih untuk melaksanakan misi kemanusiaannya dengan penuh hati.
“Ketahanan orang-orang Gaza memang luar biasa. Mereka mampu menjalani kehidupan sehari-hari meskipun semua hal berada di tepi kehancuran,” jelasnya dengan penuh kekaguman. Sebuah pelajaran tentang keberanian dan harapan bagi kita semua.
Refleksi Akhir: Pelajaran dari Perjalanan di Gaza
Pengalaman dr. Prita di Gaza membawanya pada kesadaran mendalam mengenai nilai kemanusiaan. Setiap individu di sana memiliki kisah dan perjuangan masing-masing, yang seharusnya menjadi pengingat bagi kita akan pentingnya saling membantu. Misi kemanusiaan bukan hanya soal memberikan bantuan, tetapi juga tentang memberi harapan.
Selama di Gaza, dr. Prita bertemu dengan berbagai individu yang menginspirasi. Masing-masing dari mereka menunjukkan kekuatan di dalam diri meskipun hidup dalam kondisi yang sangat sulit. Mereka memang layak mendapatkan perhatian dan dukungan dari dunia luar.
Di akhir perjalanan, dr. Prita menyadari bahwa misi ini bukan hanya tentang membantu secara fisik, tetapi juga tentang membangun hubungan dan memahami satu sama lain. Pengalaman ini akan selalu menjadi bagian penting dari kehidupannya sebagai seorang profesional kesehatan dan manusia.