Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis data terbaru terkait harga beras yang menunjukkan peningkatan signifikan di berbagai level distribusi. Penyelidikan ini penting untuk memahami dampak kondisi ekonomi terhadap masyarakat serta stabilitas pangan nasional.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menyampaikan bahwa harga beras di tingkat penggilingan tercatat sebesar Rp13.596 per kilogram. Ini menandakan kenaikan sebesar 1,8 persen jika dibandingkan bulan sebelumnya, serta peningkatan 6,15 persen bila mengacu pada data tahunan.
Pudji juga menerangkan lebih lanjut bahwa jika melihat lebih spesifik berdasarkan kualitas, beras premium mengalami kenaikan sebesar 2,32 persen (mtm) dan 5,77 persen (yoy). Sementara, untuk beras medium, harga meningkat 1,46 persen (mtm) dan 6,58 persen (yoy).
Pemicu Kenaikan Harga Beras di Pasaran
Salah satu faktor yang mempengaruhi meningkatnya harga beras adalah fluktuasi pasokan. Badan Pusat Statistik mencatat bahwa harga beras di tingkat grosir sekarang berada di angka Rp14.292 per kilogram. Kenaikan ini juga tercatat sebesar 0,64 persen secara bulanan dan 5,56 persen secara tahunan.
Di sisi lain, harga beras di tingkat eceran juga menunjukkan perubahan. Saat ini, masyarakat harus merogoh kocek hingga Rp15.393 per kilogram, yang mengalami kenaikan 0,73 persen (mtm) dan 4,24 persen (yoy). Ini menunjukkan dampak langsung pada daya beli masyarakat yang mungkin terbebani.
Pudji menekankan bahwa harga yang disampaikan merupakan rata-rata, mencakup berbagai jenis kualitas beras dan mencakup seluruh wilayah di Indonesia. Hal ini menjadi indikasi bahwa masalah kebijakan pangan harus ditangani secara komprehensif agar semua lapisan masyarakat bisa terjangkau.
Pengaruh Luas Panen Padi Terhadap Harga Beras
Selain harga, luas panen padi juga menjadi salah satu indikator penting dalam pasokan beras. Data Juli 2025 menunjukkan bahwa luas panen padi mencapai 0,94 juta hektare, atau suatu peningkatan yang cukup signifikan sebesar 33,2 persen dibandingkan tahun lalu yang hanya 0,7 juta hektare.
Pudji mencatat bahwa jika melihat total keseluruhan, luas panen padi di Indonesia pada periode Januari-Oktober 2025 diperkirakan mencapai 10,22 juta hektare. Ini menunjukkan peningkatan yang menggembirakan sebesar 1,09 juta hektare atau 11,90 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2024.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa angka realisasi panen bisa beragam, tergantung dari berbagai faktor baru dan kondisi pertanaman padi pada Agustus hingga Oktober tahun ini. Hal ini menambah kompleksitas dalam pengelolaan pangan nasional.
Tindakan Pemerintah untuk Menstabilkan Harga Beras
Di tengah fluktuasi harga beras yang terjadi, pemerintah mengambil langkah-langkah strategis untuk menjaga stabilitas harga. Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, mengakui adanya kenaikan harga beras dan menekankan bahwa pemerintah berkomitmen untuk menurunkan harga dengan melakukan operasi pasar.
Amran menyebutkan bahwa operasi pasar telah berhasil mencapai target penyaluran kurang lebih 6.000 ton per hari. Ia optimis bahwa penurunan harga dapat terwujud dengan persiapan stok yang mencukupi, serta operasi pasar yang ditargetkan hingga 1,3 juta ton.
Langkah ini sangat penting untuk memastikan bahwa masyarakat tidak mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka, terutama dalam hal pangan. Tindakan ini juga menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional.
Peran Pusat Informasi Harga Pangan Strategis dalam Menjaga Stabilitas
Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) juga merupakan elemen penting dalam memonitor dan menginformasikan harga-harga pangan di Indonesia. Selama delapan bulan pertama di tahun 2025, PIHPS mencatat kenaikan harga beras berbagai kualitas yang menunjukkan adanya isu yang perlu diperhatikan.
Informasi yang dikumpulkan oleh PIHPS membantu pemerintah, petani, dan konsumen dalam mengambil keputusan yang lebih tepat terkait produksi dan distribusi pangan. Ketersediaan informasi yang akurat sangat penting dalam merumuskan kebijakan yang responsif dan proaktif.
Dengan pemahaman yang mendalam mengenai dinamika harga pangan, diharapkan semua pemangku kepentingan dapat bekerja sama untuk menjaga kestabilan harga beras di pasaran. Ini akan berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat, khususnya di kalangan masyarakat kecil.