Kabel bawah laut yang terletak di Laut Merah telah mengalami kerusakan, mengakibatkan gangguan konektivitas internet di beberapa negara di Asia dan Timur Tengah. Hal ini menimbulkan dampak serius bagi pengguna internet di wilayah tersebut, khususnya di India dan Pakistan yang mengalami penurunan kualitas layanan internet secara drastis.
Menurut laporan dari grup pemantauan internet, Netblocks, banyak pengguna di Uni Emirat Arab juga mengalami masalah serupa. Meskipun masih belum jelas siapa yang bertanggung jawab atas kerusakan ini, Netblocks mengonfirmasi bahwa masalah tersebut terfokus pada situs kabel di dekat Jeddah, Arab Saudi.
Pada hari Sabtu (6/9), Microsoft menginformasikan bahwa pengguna layanan cloud Azure mungkin akan mengalami peningkatan latensi. Ini merupakan dampak langsung dari kabel bawah laut yang putus di Laut Merah, yang mempengaruhi lalu lintas data ke wilayah Timur Tengah.
Dampak Kerusakan Kabel Bawah Laut terhadap Penggunaan Internet
Kerusakan kabel bawah laut dapat menimbulkan dampak yang sangat luas terhadap koneksi internet. Dalam banyak kasus, sebuah kabel yang terputus dapat menyebabkan kota, jaringan, atau bahkan negara menjadi offline. Seperti yang disampaikan oleh Microsoft, pengguna yang bergantung pada jaringan di Timur Tengah akan merasakan dampak paling signifikan.
Hal ini diperparah oleh fakta bahwa beberapa penyedia layanan internet harus mengalihkan jalur lalu lintas data ke rute alternatif. Proses ini tidak menjamin bahwa kualitas layanan akan tetap optimal, terutama saat datanya melintasi jalur yang lebih panjang.
Kemajuan teknologi komunikasi saat ini sangat bergantung pada keberadaan kabel bawah laut. Tanpa infrastruktur yang memadai, banyak wilayah yang akan mengalami stagnasi dalam hal perkembangan digital. Kerugian ini tentu mengganggu berbagai sektor ekonomi yang mengandalkan koneksi internet yang stabil dan cepat.
Penyebab Umum Kerusakan Kabel Bawah Laut
Penyebab utama kerusakan kabel bawah laut kerap kali dikaitkan dengan aktivitas manusia. Statistik dari International Cable Protection Committee menunjukkan bahwa sekitar 70 hingga 80 persen insiden kerusakan disebabkan oleh aktivitas penangkapan ikan komersial dan jangkar kapal. Kegiatan ini memiliki potensi besar untuk menarik kabel dan mengakibatkan kerusakan yang signifikan.
Di samping aktivitas manusia, ada pula faktor alam yang dapat menyebabkan kabel terputus. Misalnya, arus dasar laut yang kuat, badai, tanah longsor, dan aliran sedimen juga dapat merusak struktur kabel. Oleh karena itu, perencanaan yang cermat dalam menentukan rute kabel sangat penting untuk meminimalkan risiko kerusakan.
Kabel bawah laut sendiri dibangun dengan berlapis-lapis perlindungan. Mereka biasanya dikebumikan di bawah dasar laut dan dilindungi oleh lapis baja yang kuat. Namun, meski dirancang dengan sangat hati-hati, kerusakan tetap sering terjadi. Rata-rata, sekitar 150 hingga 200 gangguan terjadi di seluruh dunia setiap tahun.
Mengatasi Gangguan: Strategi untuk Memperbaiki Infrastruktur Kabel Bawah Laut
Memperbaiki kabel bawah laut yang rusak bukanlah tugas yang mudah. Dampak dari kerusakan tidak hanya segera dirasakan, tetapi juga dapat berlangsung lama jika tidak ditangani dengan cepat. Perbaikan memerlukan teknologi khusus dan biasanya melibatkan kapal khusus yang dilengkapi untuk melakukan pekerjaan di bawah laut.
Selain itu, upaya mitigasi juga berfokus pada peningkatan ketahanan jaringan. Dengan membangun jalur alternatif dan reduksi ketergantungan pada satu titik, para penyedia layanan dapat lebih baik menghadapi tantangan yang muncul akibat kerusakan kabel. Ini menjadi penting agar konektivitas tetap terjaga dalam kondisi darurat.
Perusahaan teknologi yang besar, seperti Microsoft dan penyedia cloud lainnya, terus berinvestasi dalam infrastruktur yang lebih andal. Melalui inovasi dan pengembangan, mereka berupaya memastikan bahwa gangguan seperti yang terjadi di Laut Merah dapat dikendalikan dengan lebih efektif di masa depan.