Direktur Utama Perum Bulog, Ahmad Rizal Ramdhani, baru-baru ini mengonfirmasi bahwa terdapat sekitar 1.200 ton beras yang mengalami penurunan kualitas. Penetapan ini diungkapkan menyusul inspeksi yang dilakukan oleh Ketua Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Hariyadi, atau lebih dikenal dengan Titiek Soeharto. Kejadian ini menimbulkan kekhawatiran terhadap stok pangan yang ada.
Rizal menjelaskan bahwa ada kekurangan dan kelebihan dalam proses pemeliharaan stok beras di gudang. Meski demikian, ia memastikan bahwa langkah perbaikan akan segera dilakukan untuk mengembalikan kualitas beras tersebut agar layak dikonsumsi masyarakat.
“Ada, betul (1.200 ton beras turun kualitas). Sekarang sedang dalam proses pengolahan ulang. Kami sedang memastikan kualitas beras bisa kembali baik,” kata Rizal saat konferensi pers di Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Jakarta Pusat.
Perbaikan Kualitas Beras Melalui Proses Ulang
Proses pengolahan ulang ini dianggap sebagai langkah krusial untuk menjaga kualitas agar beras siap disalurkan kepada masyarakat. Penyaluran ini juga mencakup program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) serta Bantuan Pangan (Banpang), yang sangat penting bagi kebutuhan pokok masyarakat.
Inspeksi yang dilakukan oleh Komisi IV DPR menemukan stok beras lokal yang tersimpan sejak Mei 2024 mengalami perubahan warna. Dari jumlah tersebut, masih ada sebagian yang dalam kondisi baik, namun sebagian besar menunjukkan tanda penurunan kualitas.
“Kalau beras disalurkan dalam kondisi seperti ini, jelas tidak layak. Masyarakat berhak untuk mendapatkan beras yang sehat dan aman,” tegas Titiek Soeharto, menanggapi hasil inspeksi tersebut.
Stok Beras Nasional dan Prosedur Pemeliharaan
Perum Bulog saat ini mengelola stok beras nasional yang mencapai 3,9 juta ton, dengan 75 persen di antaranya berasal dari pengadaan dalam negeri. Sementara itu, sisa 25 persen merupakan beras impor, yang secara umum masih dalam kondisi baik.
Dari total stok tersebut, terdapat kurang dari 0,1 persen beras yang membutuhkan prioritas untuk dilakukan reproses guna menjaga kualitasnya. Langkah ini dianggap perlu untuk memastikan bahwa beras yang dikonsumsi oleh masyarakat tetap aman.
Di samping proses reproses, Bulog juga menerapkan prosedur pemeliharaan beras secara berkala. Sistem Pengelolaan Hama Gudang Terpadu (PHGT) digunakan untuk menangani kemungkinan hama yang muncul dalam penyimpanan beras.
Pentingnya Pengawasan dan Distribusi yang Efektif
Pemeriksaan terakhir yang dilakukan pada Agustus 2025 menunjukkan bahwa semua beras masih memenuhi standar kualitas dan layak untuk dikonsumsi. Meskipun demikian, Titiek Soeharto mendesak agar Bulog, Kementerian Pertanian, dan Bapanas dapat mempercepat penyaluran stok lama agar tidak semakin mengalami penurunan kualitas.
RDP RI berencana menggelar rapat kerja lintas lembaga guna memastikan bahwa distribusi cadangan beras dapat berlangsung lebih cepat dan tepat sasaran. Pelaksanaan rapat ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dalam proses distribusi agar kualitas beras tetap terjaga.
Dengan langkah-langkah perbaikan yang dijelaskan, diharapkan proses penyaluran dan pemeliharaan beras dapat berjalan efisien, sehingga semua rakyat Indonesia dapat mendapatkan akses terhadap pangan yang berkualitas dan aman untuk konsumsi sehari-hari.