Jakarta telah mengalami pergerakan signifikan dalam pasar keuangan, terutama bagi para investor. Tanggal 1 September 2025 menunjukkan penjualan bersih yang mencolok dari investor asing, yang mencapai angka Rp1,70 triliun di seluruh pasar.
Dengan rincian yang terpisah, Rp1,25 triliun terjadi di pasar reguler dan Rp450,01 miliar di pasar negosiasi serta tunai. Angka ini memberi gambaran yang jelas tentang kecenderungan investor asing dalam beberapa waktu terakhir.
BCA mencatatkan net foreign sell terbesar yang mencapai Rp382,23 miliar pada hari itu. Dampak dari aksi jual ini terlihat jelas, di mana harga saham BCA tertekan sebesar 1,93% dan berakhir pada level 7.625.
Selanjutnya, saham BRI tidak luput dari perhatian, dengan net sell yang tercatat sebesar Rp233,71 miliar. Hal ini juga berimbas pada harga BBRI yang mengalami penurunan sebesar 2,01% selama periode perdagangan tersebut.
Perincian Saham dengan Penjualan Asing Tertinggi pada 1 September 2025
Berikut adalah daftar sepuluh saham yang mengalami net foreign sell terbesar pada hari tersebut. Dalam konteks ini, saham-saham ini mencerminkan bagaimana ketidakpastian di pasar mempengaruhi keputusan investor.
Pada posisi teratas, PT Bank Central Asia Tbk. mencatatkan net sell terbesar, diikuti oleh PT Bank Rakyat Indonesia. Angka-angka ini menjadi indikator penting bagi para pelaku pasar dalam mengambil keputusan investasi.
Archi Indonesia dan Aneka Tambang juga menyusul dalam daftar tersebut, dengan net sell masing-masing sebesar Rp214,06 miliar dan Rp124,00 miliar. Ini menunjukkan bahwa sektor-sektor terkait komoditas masih menarik perhatian investor asing.
Yang menarik, PT Chandra Daya Investasi Tbk. dan PT Darma Henwa Tbk. juga mencatatkan penjualan signifikan. Dengan masing-masing mencapai Rp71,39 miliar dan Rp69,89 miliar, hal ini dapat mengindikasikan minat investor yang tinggi di sektor energi dan investasi.
Selain itu, perusahaan seperti PT Barito Renewables Energy Tbk. dan PT Bumi Resources Tbk. menambah panjang daftar ini. Penjualan bersih yang tercatat membuat banyak pihak mempertimbangkan risiko dan potensi di sektor energi.
Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Tengah Aksi Jual Asing
Di sisi lain, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak berhasil melanjutkan tren penguatan pada perdagangan kemarin. Setelah beberapa waktu berada di zona merah, IHSG berakhir pada posisi 8.061,06, turun 62,18 poin atau 0,77% pada akhir sesi II.
Nilai transaksi pasar tercatat mencapai Rp27,45 triliun dengan volume perdagangan 57,22 miliar saham yang berpindah tangan. Angka ini menunjukkan aktivitas perdagangan yang cukup dinamis, meskipun kondisi pasar tidak mendukung tren positif.
Dalam pergerakannya, sebanyak 396 saham mengalami penurunan, sementara 280 saham mencatatkan kenaikan, dan 122 lainnya terpantau tidak bergerak. Ini menggambarkan ketidakstabilan yang terjadi di pasar saat ini.
Analisis menurut sektor menunjukkan bahwa utilitas, finansial, dan teknologi menjadi sektor dengan penurunan paling signifikan. Utilitas mengalami penurunan 2,79% diikuti oleh finansial dengan -1,37% dan teknologi menyusut sebanyak -0,95%.
Kondisi Pasar dan Implikasinya bagi Investor Lokal dan Asing
Kondisi pasar yang bergolak ini memberikan sinyal penting bagi para investor, baik lokal maupun asing. Dengan sektor-sektor yang merosot, investor mungkin akan lebih berhati-hati sebelum mengambil langkah lebih lanjut dalam berinvestasi.
Di satu sisi, penjualan saham oleh investor asing bisa jadi merupakan indikasi bahwa mereka sedang mengatur ulang portofolio mereka. Di sisi lain, hal ini juga menawarkan kesempatan bagi investor lokal untuk mendapatkan saham dengan harga yang lebih terjangkau.
Melihat tren ini, banyak analis memprediksi bahwa ketidakpastian di pasar masih akan berlanjut. Oleh karena itu, penting bagi investor untuk tetap memonitor perkembangan terkini dan melakukan evaluasi terhadap strategi investasi mereka.
Ke depannya, para investor perlu mempertimbangkan informasi makroekonomi yang dapat mempengaruhi arah pasar. Riset yang mendalam dan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan akan sangat membantu dalam pengambilan keputusan.
Sebagai penutup, kondisi pasar kini menunjukkan bahwa ketidakpastian adalah bagian dari dinamika investasi yang harus diatasi. Investasi yang cerdas dan tepat waktu bisa menjadi kunci untuk meraih keuntungan di tengah gejolak pasar yang ada.