Menteri Keuangan baru-baru ini mengungkapkan bahwa harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite yang dibayarkan masyarakat saat ini tidak mencerminkan harga aslinya. Dengan angka Rp10 ribu per liter, harga tersebut sebenarnya lebih rendah karena adanya subsidi yang diberikan pemerintah setiap tahun.
Dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Menteri Keuangan menjelaskan bahwa harga jual BBM telah disesuaikan sejak 2022. Namun, penyesuaian tersebut belum sepenuhnya mencapai harga keekonomian yang seharusnya.
Purbaya menjelaskan bahwa pemerintah sejauh ini telah menanggung selisih biaya antara harga keekonomian dan harga jual di pasaran. Hal ini menjadi bagian dari anggaran yang signifikan yang dialokasikan di APBN setiap tahunnya.
Pemerintah memberikan subsidi dan kompensasi untuk kedua sektor energi dan nonenergi. Menurut Purbaya, ini menjadi langkah penting untuk menjaga daya beli masyarakat di tengah kondisi ekonomi yang penuh tantangan.
Harga Asli Bahan Bakar dan Subsidi yang Dilakukan Pemerintah
Dalam diskusi tersebut, Purbaya mengungkapkan bahwa harga asli Pertalite sebenarnya mencapai Rp11.700 per liter. Namun, setelah subsidi sebesar Rp1.700 dari pemerintah, masyarakat hanya perlu membayar Rp10 ribu per liter di SPBU Pertamina.
Selain Pertalite, harga asli solar juga memiliki struktur yang serupa. Solar seharusnya dihargai Rp11.950 per liter, tetapi dengan beban subsidi yang ditanggung pemerintah, masyarakat hanya perlu membayar Rp6.800 per liter.
Subsidi yang diberikan untuk LPG 3 kg juga sangat signifikan, di mana pemerintah menanggung hingga 70 persen dari harga keekonomian. Ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk membantu masyarakat dalam menghadapi biaya energi yang tinggi.
Alokasi Anggaran Subsidi Energi Tahun 2025
Kementerian Keuangan merencanakan alokasi anggaran sebesar Rp479 triliun untuk subsidi energi dan kompensasi sepanjang tahun 2025. Meskipun ada penurunan sedikit dibandingkan tahun 2024 yang mencapai Rp502 triliun, anggaran ini tetap dianggap besar.
Alokasi ini menjadi penting untuk menjamin bahwa masyarakat tetap mendapatkan akses terhadap energi dengan harga yang terjangkau. Subsidi di sektor energi berperan sebagai penyangga ekonomi bagi masyarakat yang rentan.
Selain itu, Purbaya menegaskan bahwa keberlangsungan subsidi ini sangat bergantung pada evaluasi secara berkala terhadap situasi ekonomi dan pendapatan negara. Ini penting agar subsidi dapat disesuaikan dan tetap relevan dalam jangka panjang.
Dampak Subsidi Terhadap Ekonomi Masyarakat
Subsidi yang diberikan oleh pemerintah tentunya memberikan dampak positif bagi masyarakat. Dengan harga BBM yang lebih terjangkau, masyarakat dapat mengalokasikan anggaran mereka untuk kebutuhan lainnya.
Namun, penerimaan negara yang lebih rendah akibat subsidi ini juga memerlukan perhatian. Pemerintah harus cermat dalam merencanakan anggaran agar tidak mengorbankan aspek lain dari pembangunan.
Di samping itu, ada perdebatan mengenai keberlanjutan subsidi ini dalam jangka panjang. Beberapa pihak berargumentasi bahwa subsidi sebaiknya dihapus untuk mendorong masyarakat beralih ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan dan efisien.